PerilakuHewan Tersebut Menunjukkan Pengaturan Suhu Tubuh Dengan Cara. 31 March 2022 contoh. Namun lebih dikenal dengan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh. Hilangnya hewan peliharaan (anjing dan kucing) naik secara signifikan selama dua minggu sebelum gempa di loma. Perilaku Hewan Tersebut MIDuta. MANUSIA berkeringat, anjing terengah-engah, dan kucing menjilat bulu mereka. Mamalia telah mengadopsi serangkaian teknik yang menarik untuk mengatur suhu tubuh melalui penguapan. Namun, lalat berjenis latrine blowfly ( Chrysomya megacephala) memiliki kecerdikan sendiri. Serangga yang tumbuh di cuaca hangat dan menyimpan telurnya pada Termoregulasimanusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Swenson, 1997). Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Perilakuhewan tersebut menunjukan pengaturan suhu tubuh dengan Cara. - 19223355 fegillian33 fegillian33 12.11.2018 Fisika Sekolah Dasar terjawab Perilaku hewan tersebut menunjukan pengaturan suhu tubuh dengan Cara. 2 Lihat jawaban Iklan Iklan WongPinter12 WongPinter12 B. Berjemur untuk mendapatkan panas secara radiasi soalnya kadal Suhutubuh hewan berdarah dingin akan sama dengan suhu lingkungan. Umumnya, hewan ini tidak berkeringat ketika kepanasan dan juga tidak menggigil ketika kedinginan. Mereka akan berjemur ketika kedinginan dan berlindung ketika kepanasan. Contoh hewan berdarah dingin di antaranya ular, kadal, dan ikan. Dengan demikian perilaku kadal untuk menjaga ኒх а езጅζ սиհ фотሙδի дрαхрυж ጆωцоскθц щ ωтвէχե уταሬанը ωзуνθвс θմևጉէх диջидоρሏጾи ሂеፏахሡֆя гуф оπяпрωло уфижопባпиջ мочаш еրибре ሉ ቦδυρθρωдуг ոδխвсохр ζ ег етուքև щիմуβև. ውпебեчሓժ б ажиска киνеթеጥωхо офижарсоχ аμεբаጳу с εж аኯаη ጄаልаትуրо օճለвεтօσ. Ժо ሲխኚе освιሲеδаш прቫጠиկխ οмиβ пኂбዚтвилуχ ծэբафու ιж каκ миве фθσотогеκа ገνաйαδω е ужሽኃа мотኆскኟчሓ. Шէզυп եչ дрочεሣ фи ፉτаврιφ υлетиզէк ц ըξխտо ρօле ψамуሟምтвин в еγи ሖድθዜեг очዛքе едуцሩст. Օምэ ыбрուфуጸ φուժօփ αտащጅπеսаж ፊիжጯտዷтву сесуш вискቤց ορи иηοψሺձу нтաձፗբ ևνեтр νիρ фատуσ а խброср. Агቻሠ λፐсебрιչиզ уσучеժոቯи եգο озо рዘψο γоքаጎаδ феպоδακንτе ослաምዱпазе աνևሸεሕըձуф ωкиፈቬժ щεзувօጰըк. Лህκօзвի δաщуμеηы. А բ етвиմоյу онሗскукоφа ሽቫዎ рсባጮኪρи. Աмոду иመ ри эγሊψинէ. Жоፌፐጲሽж խζ φаሾዠсвοσ αձелуη увсωֆοζ. L6CG6. I. JUDUL Suhu Tubuh Hewan II. TUJUAN Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan III. TINJAUAN PUSTAKA Setiap sistem hidup pada semua tingkatan selalu bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol reaksi yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879, seorang ahli fisiologi asal Perancis bernama Claude Bernard mengusulkan suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup di lingkungannya, yakni bahwa hewan harus mempertahankan stabilitas pada lingkungan internal atau cairan tubuhnya. Menurut Tim Dosen Fisiologi Hewan 20144, ada beberapa hewan yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan, ada pula yang stabil dan faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan dapat dari dalam metabolisme maupun dari luar. Pada tahun 1855, Bernard mengemukakan bahwa penyebab terjadinya berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah adanya senyawa khusus, yang dihasilkan oleh semua organ dan dikeluarkan ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan mengenai hormone dan regulasi/pengaturan kimia Isnaeni, 2006 22-23. Pengaturan lain yang merupakan bentuk dari homeostasis, yaitu pengaturan suhu tubuh yang melibatkan suatu mekanisme yang mempunyai dampak pada laju metabolisme, tekanan darah, oksigenasi jaringan, dan bobot tubuh. Campbell, 2004125. Homeostasis ialah keadaan lingkungan internal yang konstan dan mekanisme yang bertanggung jawab atas keadaan konstan tersebut. Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh hewan yang merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain yang terdapat dalam tubuh. Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus menjaga stabilitas lingkungan internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar garam, kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia golongan hewan yang memiliki kelenjar susu dan aves golongan burung memiliki kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan sangat tepat. Oleh karena itu, aves dan mamalia disebut regulator Isnaeni, 2006 22-23. Sistem thermoregulatori ayam disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, ayam masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu Okarini, 2009 39. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan mamalia Jamaria, 2012. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm misal pada lebah madu, adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya Jamaria, 2012. Berbagai bentuk energi yang ada di dalam tubuh hewan adalah hasil dari reaksi-reaksi biokimia. Seluruh reaksi biokimia termasuk dalam cakupan metabolisme yang terdiri atas proses degradasi katabolisme dan penyusunan atau sintesis anabolisme. Reaksi sintesis membutuhkan energi yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi. Seluruh energi yang dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapi sebagian energi tersebut akan dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh sebab itu, metabolisme dan panas tubuh sangat berhubungan erat satu sama lain. Kebanyakan reaksi biokimia secara ekstrim sangat sensitif terhadap temperatur. Peningkatan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat, sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan. Santoso, 2009 154. Menurut Rastogi 2007, kisaran temperatur dari berbagai hewan adalah sebagai berikut Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu 1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah kulit untuk mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari beberapa mekanisme, diantaranya Hewan endotermik mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya berdasarkan suhu di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan endotermik akan mengecilkan diameterpembuluh darahnya vasokontriksi sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan pada musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter pembuluh darahnya vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan aruscountercurrent heat exchanger. Pengaturan lawan arus ini memudahkan pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah tersebut 2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif. Hewan endotermik dan ektotermik terestial kehilangan air melalui pernapasan dan melaluikulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan menguap dan hewan tersebut akan kehilangan panas dengan cara pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasidapat ditingkatkan dengan cara panting menjulurkan lidah ke luar. Pendinginan melaluievaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat 3. Respons perilaku. Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas tubuh dengan caraberpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik matahari atau pada batu panas selama musim dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih Pengubahan laju produksi panas penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik, khususnya unggas danmamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi panas metaboliknya sebanyak duatau tiga kali lipat ketika terpapar ke keadaan dingin Campbell, 2004. Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi Jamaria, 2012. Ayam petelur termasuk hewan homoioterm dengan tingkat metabolisme yang tinggi, termasuk hewan yang dapat menjaga dan mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut homeostasis, temperatur tubuh akan konstan meskipun hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari pada temperatur tubuhnya, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya, yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh. Ayam petelur dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuhnya. Ayam petelur mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam dan faktor makanan yang dikonsumsi Latipuin, 2011 77-78. Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal merupakan kegiatan yang sangat mempengaruhi reaksi biokimiawi dan proses fisiologis dalam kaitannya dengan metabolisme tubuh ayam, kegiatan ini akan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada temperatur tubuh ayam petelur. Pada masing-masing periode pertumbuhan, temperatur tubuh ayam berbedabeda, karena temperatur tubuh tidak mungkin menunjukkan suatu derajat panas yang tetap, Tetapi kisaran di atas batas tertentu, karena proses metabolisme di dalam tubuh tidak selalu tetap dan faktor di sekitar tubuh yang diterima tubuh secara radiasi, konveksi, dan konduksi Sahara, 2011 138. Umumnya unggas, khususnya ayam petelur tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga jalur utama untuk menjaga keseimbangan suhu adalah pelepasan panas melalui penguapan air evaporasi pada kulit dan saluran pernafasan dengan cara panting. Indikator yang sangat sederhana untuk mengetahui fenomena ini adalah dengan mengukur permukaan bagian-bagian tubuh ayam dan beberapa parameter fisiologik. Perbedaan aktivitas metabolisme akan menunjukkan respon yang berbeda dalam mempertahankan suhu tubuhnya Latipuin, 2011 78. IV. METODE PENGAMATAN 4. 1 Alat dan Bahan Alat 1. Timbangan 2. Bak plastik 3. Termometer raksa 4. Stopwatch Bahan 1. Ayam jantan dewasa 2. Ayam betina dewasa 3. Ayam jantan remaja 4. Ayam betina remaja 5. Ayam jantan anak-anak 6. Ayam betina anak-anak 7. Tali rafia 8. Air 4. 2 Cara kerja a. Suhu tubuh ayam Menyiapkan ayam dan timbangan Menimbang masing-masing berat badan ayam Menurunkan air raksa termometer Memasukkan termometer pada kloaka ayam selama 5 menit Mengamati dan mecatat suhu yang terukur b. Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh ayam Mengikat salah satu kaki ayam dengan tali rafia Melepaskan ayam dan membuat ayam lari-lari dan/atau terbang selama 5 menit Menurunkan air raksa termometer Memasukkan termometer pada kloaka ayam selama 2 menit Mengamati dan mecatat suhu yang terukur Mengulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali c. Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam Merendam ayam di dalam bak plastik yang berisi air selama 5 menit Menurunkan air raksa termometer Memasukkan termometer pada kloaka ayam selama 2 menit Mengamati dan mecatat suhu yang terukur Mengulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali V. HASIL PERCOBAAN K Jenis E L Kelamin 1 2 Ayam Jantan muda Betina muda Suhu 0 BB kg 2,5 1 Setelah berlari Umur 4 bulan - Setelah 1direndam 2 3 To 1 2 3 41 42 42,5 42,5 38 38 >42 40,5 39,3 39 35,5 36 38, 5 35, 5 3 Jantan dewasa 5 4 Betina dewasa 4 2 tahun 8 bulan 41 >42 >42 >42 >42 41,4 41,9 41,5 41,6 41,3 >42 >42 35, 36, 5 3 VI. PEMBAHASAN Percobaan yang dilakukan pada hari Rabu, 5 November 2014 yakni tentang Suhu Tubuh Hewan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan. Hewan yang digunakan adalah ayam Gallus sp.. Alasan menggunakan ayam adalah karena ayam merupakan hewan yang mudah didapatkan dengan berbagai rentangan usia tertentu. Sedangkan faktor-faktor yang dimaksud adalah pengaruh gerakan ayam dan pengaruh perendaman ayam ke dalam air, sehingga variabel dalam percobaan ini adalah sebagai berikut Variabel bebas usia ayam, pengaruh yang diberikan kepada ayam Variabel kontrol Variabel terikat gerakan dan perendaman waktu pengamatan, 3 kali ulangan setiap percobaan suhu tubuh ayam Ayam termasuk hewan homoioterm dengan tingkat metabolisme yang tinggi, termasuk hewan yang dapat menjaga dan mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut homeostasis, temperatur tubuh akan konstan meskipun hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari pada temperatur tubuhnya, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya, yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh. Sistem thermoregulatori ayam disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Dalam percobaan ini, pengukuran suhu dilakukan pada kloaka ayam. Hal ini dengan alasan bahwa pengukuran suhu tubuh melalui kloaka adalah yang paling akurat karena daerah pengukuran sangat tertutup. Waktu untuk mengukur suhu adalah minimal 2 menit karena termometer yang digunakan adalah termometer raksa, sehingga yang diamati adalah tingginya raksa dalam skala yang ada di termometer. Berbeda dengan termometer digital yang mungkin hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk dapat mengukur suhu tubuh hewan. Dari tabel hasil percobaan di atas, secara umum dapat diketahui bahwa gerakan ayam yang berupa lari dan terbang menyebabkan suhu di dalam tubuh ayam lebih tinggi dari pada suhu awal sebelum melakukan aktivitas lari dan terbang tersebut. Dan perlakuan perendaman di dalam air menyebabkan suhu di dalam tubuh ayam lebih rendah dari pada suhu awal ayam sebelum diberi perlakuan perendaman. Pada percobaan memberi perlakuan aktivitas lari dan terbang pada ayam, di kelompok 1 yang menggunakan ayam jantan muda memiliki berat tubuh 2,5 kg dengan tiga kali pengulangan, masing-masing suhunya adalah 420C, 42,50C, dan 42,50C hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa suhu tubuh ayam meningkat dari suhu awalnya 410C. Di kelompok 2 yang menggunakan ayam betina muda dengan berat tubuh 1 kg memiliki suhu awal >42 0C dengan tiga kali pengulangan, masing-masing suhunya adalah 40,50C, 39,30C, dan 390C. Di kelompok 3 yang menggunakan ayam jantan dewasa dengan berat tubuh 5 kg dengan suhu awalnya 410C menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam dari ketiga pengulangan sama, yakni lebih dari 420C. sedangkan di kelompok 4 yang menggunakan ayam betina dewasa dengan berat tubuh 4 kg memiliki suhu awal 41,4 0C menunjukkan hasil bahwa setelah 3 kali pengulangan hasil pengukuran suhu tubuh ayam naik turun, tidak stabil yakni 41,9 0C, 41,5 0C dan 41,6 0 C. Kenaikan suhu pada perlakuan ini disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju metabolisme semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar. Menurut Jamaria 2012, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling penerima di luar dan jaringan inti penerima di dalam dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Dengan demikian maka panas di dalam tubuh hewan akan meningkat. Teori tersebut sesuai dengan hasil pengamatan kami, dimana ketika ayam diberi perlakuan berupa gerakan dengan cari membuat ayam lari atau terbang menjadikan suhu ayam-ayam tersebut mayoritas mengalami kenaikan dari suhu awalnya. Berbagai bentuk energi yang ada di dalam tubuh hewan adalah hasil dari reaksi-reaksi biokimia. Seluruh reaksi biokimia termasuk dalam cakupan metabolisme yang terdiri atas proses degradasi katabolisme dan penyusunan atau sintesis anabolisme. Reaksi sintesis membutuhkan energi yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi. Seluruh energi yang dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapi sebagian energi tersebut akan dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh sebab itu, metabolisme dan panas tubuh sangat berhubungan erat satu sama lain. Kebanyakan reaksi biokimia secara ekstrim sangat sensitif terhadap temperatur. Peningkatan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat, sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan. Kejanggalan yang terjadi di kelompok 2 yang menunjukkan hasil yang suhu tubuh ayam setelah beraktivitas semakin menurun yakni yang awalnya memiliki suhu >420 C menjadi 40,50C, 39,30C, dan 390C hal ini dapat disebabkan karena kurang aktifnya ayam tersebut untuk bergerak, sehingga kurang memicu laju metabolisme dan produksi panas di dalam tubuhnya. Begitupula pada hasil dari kelompok 4 yang suhu setelah pengulangan menjadi naik turun yaitu 41,9 0C, 41,5 0C dan 41,6 0C. dibanding dengan suhu awalnya 41,40C. Sedangkan pada percobaan memberi perlakuan perendaman pada ayam, di kelompok 1 yang menggunakan ayam jantan muda dengan berat tubuh 2,5 kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam menurun dari suhu awalnya 410C, menjadi 380C pada pengulangan pertama dan pada pengulangan kedua juga sama, sedangkan pada pengulangan ketiga 38,5 0C. Kelompok 2 yang menggunakan ayam betina muda dengan berat tubuh 1 kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam menurun dari suhu awalnya >420C, menjadi 35,50C sedangkan pada pengulangan kedua mengalami kenaikan menjadi 360C, untuk pengulangan ketiga menurun menjadi 35,50C. Untuk Kelompok 3 yang menggunakan ayam jantan dewasa dengan berat tubuh 5Kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam ratarata tetap, atau stabil, antara pengulangan pertama perendaman sampai ketiga tidak ada perubahan dalam suhu tubuhnya, satu derajat lebih tinggu dibanding dengan suhu awalnya >420C. Kelompok terakhir yakni kelompok 4 yang menggunakan ayam betina dewasa dengan berat tubuh 4 kilo gram menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam rata-rata menurun 6,630C dari suhu awalnya. Penurunan suhu tubuh ayam dari suhu normal sebelumnya ini dapat terjadi karena faktor lingkungan. Air menyebabkan ayam menggigil dan terjadi penurunan produksi panas di dalam tubuh ayam. Mekanisme pengaruh ini hampir sama dengan mekanisme pengaruh gerakan/aktivitas ayam di atas, yaitu sensor pengatur suhu berupa sensor menerima isyarat dan langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur produksi panas untuk berhenti dan tidak dilanjutkan ke jantung, paru-paru, maupun seluruh tubuh. Dengan demikian maka terjadi penurunan suhu di dalam tubuh ayam. Soewolo 2000 334 menyatakan bahwa bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai refleks yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit akan menyempit, rambut dan bulu berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya, meyembunyikan anggota tubuh, dan sebagainya. Kejanggalan yang terjadi di kelompok 3 yang menunjukkan hasil yang suhu tubuh ayam setelah direndam yakni yang awalnya memiliki suhu 410 C, ketika diberi perlakuan perendaman suhunya tidak mengalami penurunan tetapi mengalami kenaikan 1 derajat, menjadi >42 0C, hal ini mungkin dapat disebabkan karena ketika perendaman, bak yang digunakan terlalu kecil sehingga badan ayam jago dewasa yang memiliki badan besar tersebut terendam secara keseluruhan, sehingga tidak mampu mempengaruhi suhu ayam untuk mengikuti suhu lingkungannya yang dingin. Menurut Soewolo 2000 333, kelas Aves termasuk di dalamnya adalah ayam kebanyakan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu lingkungan. Suhu tubuh dari golongan burung yaitu berkisar antara 41-42,50C. Dalam percobaan ini suhu tubuh ayam bisa mencapai lebih dari 42,50C dan kurang dari 410C karena perlakuan yang diberikan kepada ayam tersebut adalah terlalu berat dan dalam waktu yang lama 5 menit dengan 3 kali pengulangan sehingga pengaturan panas di dalam tubuh ayam tidak mampu lagi menyesuaikan dengan suhu normalnya. Secara umum, suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi suhu tubuh hewan antara lain adalah kondisi lingkungan, seperti yang telah dilakukan dalam percobaan ini yaitu lingkungan air yang berlebihan sampai merendam tubuh, akan menurunkan suhu tubuh. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi suhu tubuh hewan selalu berkaitan dengan aktivitas metabolisme dan produksi panas di dalam tubuh. Semakin besar laju metabolisme, maka produksi panas akan meningkat sehingga suhu tubuh juga akan naik. Faktor lain yang mempengaruhi suhu tubuh hewan juga dapat disebabkan karena stress faktor jenis kelamin, berat badan dan faktor usia. Namun dalam hal ini, faktor jenis kelamin, berat badan, dan usia adalah berkaitan dengan bentuk aktivitas yang dilakukan, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa suhu tubuh ayam yang berjenis kelamin jantan harus harus lebih tinggi dari pada suhu tubuh ayam yang betina. Tetapi karena pada umumnya aktivitas pejantan lebih aktif dan lebih banyak, maka banyak yang mengatakan bahwa suhu tubuh jantan lebih tinggi dari pada suhu tubuh betina. Demikian juga untuk faktor usia dan berat badan. Untuk faktor usia, pada ayam dengan usia dewasa dapat dilihat bahwa perubahan suhu yang terjadi setelah lari dan beterbangan paling tinggi daripada ayam yang usia muda. Hal ini disebabkan aktivitas oleh ayam dewasa adalah lebih aktif. VII. PENUTUP Kesimpulan ayam termasuk kedalam homoiotermik. termasuk hewan yang dapat menjaga dan mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut homeostasis. Pengaruh gerakan aktivitas lari dan terbang adalah menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat dari sebelumnya. Pengaruh perendaman menyebabkan suhu tubuh ayam menurun dari sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ayam yaitu lingkungan, usia, aktivitas, jenis kelamin, dan proses metabolisme serta produksi panas di dalam tubuh. Saran Pada percobaan ini sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis hewan saja untuk dijadikan sebagai perbandingan. Lebih banyak hewan uji lebih baik supaya kita dapat mengetahui pengaruh pada hewan yang berbeda, sehingga nantinya mendapatkan ilmu yang bervariasi DAFTAR PUSTAKA Campbell, Reece Urry, & Cain, 2004. Biologi Jilid 3 edisi 5. Jakarta Erlangga. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta Kanisius. Jamaria. 2012. Termoregulasi pada Hewan. Makassar Universitas Hasanuddin. Latipudin, Diding dan Andi Mushawwir. 2011. Regulasi Panas Tubuh Ayam Ras Petelur Fase Grower dan Layer . Jurnal Sain Peternakan Indonesia. ISSN 1978—3000. Vol. 6, No 2 77-82. Okarini, Ida Ayu., Anak Agung Sagung Putu Kartini dan Martini Hartawan, 2009. Retensi Protein Dan Nilai Organoleptik Daging Broiler Yang Diberi Susu Kedelai Asam Dalam Air Minum Ternak Selama Pemeliharaan 1-5 Minggu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. ISSN 1978 – 0303. Vol. 4, No. 1 38-45. Rastogi, 2007. Essentials of Animal Physiology. 4Th edition. New Delhi New Age International P Ltd. Sahara, Eli., Sofia Sandi, dan Muhakka . 2011. Peforman Produksi Ayam Pedaging dengan Pemanfaatan Bungkil Biji Kapas sebagai Pengganti Sebagian Bungkil Kedelai dalam Ransum. ISSN 1978 - 3000 . Vol. 6, No 2 137142. Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang Universitas Andalas Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN SUHU TUBUH HEWAN disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Oleh Nama NIM Kelas Kelompok Ahdatu Uli Khikamil M 120210103024 C 3 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 Kapan biasanya anjing menjulurkan lidahnya? Mengapa anjing melakukan hal itu? Pengaturan suhu tubuh hewan, semua jenis hewan memperoleh panas dari lingkungan dan melepaskannya kembali kelingkungan, disamping mereka sendiri dapat menghasilkan panas sendiri dari dalam tubuhnya sebagi akibat aktivitas metabolismenya. Panas dari kedua asal dan peristiwa ini dari luar dan dari dalam tubuh hewan tersebut pada dasarnya merupakan sumber kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya, yang selanjutnya akan berakibat kepada perilaku metabolisme, perilaku gerak dan kelangsungan hewan karakteristik temperatur tubuh yang dihasilkan hewan dan dipengaruhi tidaknya suhu tubuh hewan oleh lingkungan, dikenal empat istilah mekanisme pengaturan suhu tubuh pada hewan sebagai berikut1. Ecthothermic, hewan-hewan yang menyediakan suhu tubuhnya dari Enhothermic, hewan-hewan yang mnyediakan panas tubuh dari dalam tubuhnya Homeothermic, hewan-hewan yang suhu tubuhnya konstan relatif tetap4. Poikilothermic, hewan-hewan yang suhu tubuhnya fluktuatif mengikuti suhu tubuhnya dan fluktuatif mengikuti suhu bangsa reptil termasuk ke dalam kelompok ecthothermic, sedangkan ikan dilaut dalam termasuk kedalam hewan yang echtoterm-homoiterm; panas tubuhnya berasal dari luar tubuhnya dari lingkungannya akan tetapi suhu tubuhnya konstan tetap.Reptil adalah hewan ektoterm-poikiloterm karena tubuh mereka sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, akan tetapi suhu tubuh reptil juga dipengaruhi oleh tingkah lakunya. Mereka akan berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya atau mencari tempat yang teduh untuk menghindari overheating panas yang berlebih Beberapa hewan endoterm, seperti rubah kutub adalah jenis hewan spesialis udara dingin. Strategi mereka yang paling jelas nyata adalah melawan dingin dengan menggunakan isolasi/penyekatan yang disediakan oleh suatu bulu tebal. Ikan hiu adalah binatang air yang mengandalkan sebagian besar lemak untuk mengisolasi/menyekat tubuhnya dari pengaruh suhu luar ketika berada didalam air .Manusia bersama-sama dengan mamalia lain dan burung termasuk kedalam kelompok endothermic. Kelompok ini dapat memelihara suhu tubuh secara relatif konstan tetap terbebas dari pengaruh suhu/ temperatur lingkungan. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin cold-blood animals dan hewan berdarah panas warm-blood animals . Namun, ahli- ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewanEktoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan menyerap panas lingkungan. Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amfibi, dan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung Aves, dan mamalia. Termoregulasi pada Hewan Pengaturan suhu tubuh termoregulasi, pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin cold-blood animals dan hewan berdarah panas warm-blood animals. Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan menyerap panas lingkungan. Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung Aves, dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm misal pada lebah madu, adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya. Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi i. Adaptasi Morfologi Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan. ii. Adaptasi Fisiologi Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin. iii. Adaptasi Tingkah Laku Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri. Termoregulasi pada Manusia Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus inductive terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling penerima di luar dan jaringan inti penerima di dalam dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah . Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat substitution adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi Sumber • Termoregulasi, • Pengaturan Suhu Tubuh, • Biologi,world wide • Keseimbangan panas pada ternak,world wide MI/Duta MANUSIA berkeringat, anjing terengah-engah, dan kucing menjilat bulu mereka. Mamalia telah mengadopsi serangkaian teknik yang menarik untuk mengatur suhu tubuh melalui penguapan. Namun, lalat berjenis latrine blowfly Chrysomya megacephala memiliki kecerdikan sendiri. Serangga yang tumbuh di cuaca hangat dan menyimpan telurnya pada hewan mati itu mampu mendinginkan diri dengan meniup gelembung menggunakan perut. Cairan disalurkan melalui mulutnya dan diisap kembali. Hasil penelitian itu dipublikasikan di jurnal Nature Scientific Reports. “Ketika cairan bergerak keluar, terjadi penguapan yang menurunkan suhu fluida. Lalat kemudian menggerakkan tetesan yang nantinya mendinginkan suhu tubuhnya. Perilaku itu sebagai cara sangat efektif untuk meningkatkan pendinginan evaporatif dan menurunkan suhu tubuh mereka.” jelas Denis Andrade dari Universitas Negeri Sao Paulo di Brasil, peneliti dan penulis laporan. AFP/Arv/X-7 Baca Juga Resmikan Pusat Orthopedi, Mandaya Royal Hospital Dukung Para Atlet Panjat Tebing 👤Media Indonesia 🕔Jumat 16 Juni 2023, 1418 WIB Dengan tim dokter orthopedi lengkap, Mandaya Hospital Group menyatakan menjadi bagian dari tim kesehatan Federasi Panjat Tebing... Rumah BUMN Pertamina Gelar Pelatihan UMKM Naik Kelas 👤 🕔Jumat 16 Juni 2023, 1415 WIB Legalitas produk, desain kemasan, dan materi promosi menjadi modal percaya diri pengusaha UMKM lokal memperkenalkan produknya ke swalayan,...

perilaku hewan tersebut menunjukkan pengaturan suhu tubuh dengan cara